Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dimanakah Allah Berada ? Inilah Penjelasannya

Dimanakah Allah Berada ? Inilah Penjelasannya

Dimanakah Allah berada ? 

Pertanyaan ini kadang terlintas dipikiran kaum muslimin atau bahkan orang kafir sekalipun. Sebenarnya pertanyaan ini adalah pertanyaan yang salah, karena Allah SWT tidak membutuhkan tempat untuk ditempati.

Bagi yang belum memahaminya pasti bingung, wajar saja karena kita manusia berfikir secara kita sebagai manusia atau makhluk yang tidak mungkin berada dalam kondisi tidak menempati suatu tempat. Maka di dalam pikiran kita mustahil sesuatu itu tidak bertempat.

Tapi lain halnya dengan Allah SWT sebagai Tuhan yang menciptakan tempat, apakah Allah butuh kepada ciptaannya itu ? Jika Allah butuh kepada ciptaanya yaitu tempat maka melemahkan sifat Ketuhanan yang ada pada Allah yang tidak butuh kepada sesuatupun dan juga bertentangan dengan sifat Qiyamuhu Binafsihi yang berdalilkan surah Al-Ankabut (29:6) serta sifat Mukhalfatuhu lilhawadist yang berdalilkan surah As-Syura (42:11)

Pada surah Al-Ankabut (29:6) Allah berfirman :
إِنَّ اللَّـهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَArtinya : "Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya (tidak membutuhkan sesuatu pun) dari semesta alam". 

Alam semesta yaitu semua ciptaaan Allah meliputi seluruh alam, baik yang bisa dilihat oleh mata manusia ataupun tidak. Seperti bumi, langit, 'arsy dan sebagainya. Langit dan 'Arsy adalah ciptaan Allah SWT.

Jika ada yang mengatakan Allah bersemayam/ berada/ duduk di atas 'arsy maka secara tidak langsung mengatakan Allah butuh kepada 'arsy untuk ditempati, dan itu mustahil. Namun ada sebagian golongan kaum muslimin yang salah memaknai makna dari bersemayam di dalam Al-Quran surah Al-A'raf : 54  :

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

Artinya: “Kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy.”

Dan pada surah Thaha : 5

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

Artinya: “Yang Maha Pengasih bersemayam di atas 'Arsy .”
Jika bersemayam diartikan sebagai berada, duduk, atau yang semisal dengannya maka Allah membutuhkan 'arsy sebagai tempat untuk ditempati, dan itu mustahil. Ulama Ahlusunnah Waljama'ah menggolongkan ayat ini sebagai ayat yang mutasyabihat, yang tidak dapat diartikan secara textual atau bahasa. Ulama Ahlusussunnah Waljama'ah memberi makna istiwa (bersemayam) adalah kekuasan Allah. 

Pada surah Al-A'raf : 54 bermakna : "Kemudian kekuasaan Dia (Allah) meliputi 'Arsy."

Surah Thaha : 5 bermakan : "Yang Maha Pengasih kekuasaanya meliputi 'Arsy."

Maka dari itu pelajarilah makna-makna yang terkandung  di dalam Al-Quran kepada Ulama-Ulama yang sanad ilmunya bersambung hingga Rasulullah SAW, agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami.

Lalu dimanakah Allah berada ?

Allah tidak terikat dengan tempat, waktu, dan arah. Karena tempat, waktu, dan arah adalah ciptaan Allah

Sebagaimana firman Allah dalam surah Asy-Syura (42 : 11) :

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya : “Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai atau sama dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.” 
Allah SWT tidak serupa dengan sesuatu apapun, jika Allah terikat dengan tempat, waktu, dan arah maka sama dengan manusia atau makhluk lainnya yang terikat dengan hal demikian, dan itu adalah mustahil bagi Allah.


Imam Asy-Syafi’i Muhammad ibn Idris, seorang ulama Salaf terkemuka perintis madzhab Syafi’i, berkata:


إنه تعالى كان ولا مكان فخلق المكان وهو على صفة الأزلية كما كان قبل خلقه المكان ولا يجوز عليه التغير في ذاته ولا التبديل في صفاته (إتحاف السادة المتقين بشرح إحياء علوم الدين, ج 2، ص 24)
“Sesungguhnya Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Kemudian Dia menciptakan tempat, dan Dia tetap dengan sifat-sifat-Nya yang Azali sebelum Dia menciptakan tempat tanpa tempat. Tidak boleh bagi-Nya berubah, baik pada Dzat maupun pada sifat-sifat-Nya” (LIhat az-Zabidi Ithâf as-Sâdah al-Muttaqî j. 2, h. 24)

Dalam salah satu kitab karnya; al-Fiqh al-Akbar (selain Imam Abu Hanifah; Imam asy-Syafi'i juga menuliskan Risalah Aqidah Ahlussunnah dengan judul al-Fiqh al-Akbar), Imam asy-Syafi’i berkata:

واعلموا أن الله تعالى لا مكان له، والدليل عليه هو أن الله تعالى كان ولا مكان له فخلق المكان وهو على صفته الأزلية كما كان قبل خلقه المكان، إذ لا يجوز عليه التغير في ذاته ولا التبديل في صفاته، ولأن من له مكان فله تحت، ومن له تحت يكون متناهي الذات محدودا والحدود مخلوق، تعالى الله عن ذلك علوا كبيرا، ولهذا المعنى استحال عليه الزوجة والولد لأن ذلك لا يتم إلا بالمباشرة والاتصال والانفصال (الفقه الأكبر، ص13)
“Ketahuilah bahwa Allah tidak bertempat. Dalil atas ini adalah bahwa Dia ada tanpa permulaan dan tanpa tempat. Setelah menciptakan tempat Dia tetap pada sifat-Nya yang Azali sebelum menciptakan tempat, ada tanpa tempat. Tidak boleh pada hak Allah adanya perubahan, baik pada Dzat-Nya maupun pada sifat-sifat-Nya. Karena sesuatu yang memiliki tempat maka ia pasti memiliki arah bawah, dan bila demikian maka mesti ia memiliki bentuk tubuh dan batasan, dan sesuatu yang memiliki batasan mestilah ia merupakan makhluk, Allah Maha Suci dari pada itu semua. Karena itu pula mustahil atas-Nya memiliki istri dan anak, sebab perkara seperti itu tidak terjadi kecuali dengan adanya sentuhan, menempel, dan terpisah, dan Allah mustahil bagi-Nya terbagi-bagi dan terpisah-pisah. Karenanya tidak boleh dibayangkan dari Allah adanya sifat menempel dan berpisah. Oleh sebab itu adanya suami, istri, dan anak pada hak Allah adalah sesuatu yang mustahil” (al-Fiqh al-Akbar, h. 13).

Demikianlah pendapat para Ulama Ahlusunnah Waljama'ah tentang keberadaan Allah SWT. Jika ada yang bertanya dimana Allah ? maka jawabannya adalah Allah ada tanpa tempat, waktu, dan arah.


Posting Komentar untuk "Dimanakah Allah Berada ? Inilah Penjelasannya"